Kamis, 30 Agustus 2012

Kitab umat muslim paling shahih setelah Al-Quran tak luput dari ulah jahil tangan-tangan wahabi.


Mereka menggunting sebagian teks dari hadits dalam kitab shahih Bukhari.

Wahabi terkenal dengan doktrinya yang anti takwil, hamper semua ayat-ayat dan hadits-hadits shifat ia haramkan untuk ditakwil, menurut mereka takwil itu ta’thil yaitu meniadakan sifat-sifat Allah. Mereka tutup mata dan telinga dari kenyataan pentakwilan sebagian ulama salaf terhadap ayat-ayat shifat, entah karena mempertahankan doktrin tajsimnya atau memang sengaja menyesatkan umat muslim dari kebenaran.

Berikut salah satu redaksi hadits shahih riwayat imam Bukhari yang merupakan mutasyabih dan tak ada jalan untuk memahaminya kecuali dengan metode ulama salaf sholeh yaitu tafwidh al-ma’na bilaa kaifin walaa tasubiihin wa laa tamtsilin atau disebut takwil ijmali dan metode takwil tafsili yaitu memebrikan makna yang layak bagi sifat keagungan dan kesempurnaan Allah.

Namun hadits ini karena wahabi merasakan kebuntuan di dalam memahaminya dan dapat menyebabkan runtuhnya serta terkuaknya doktrin tajsim mereka, maka dengan sengaja mereka membuang teks tersebut.
Berikut bukti akurat yang akan saya tampilkan :

Inilah redaksi hadits aslinya :

Nabi Sallallahu 'Alahi Wasallam bersabda :

خَلَقَ الله الْخَلْقَ، فَلَمَّا فَرَغَ مِنْهُ قَامَتِ الرَّحِمُ فَأَخَذَتْ بِحَقْوِ الرحمن فَقَالَ لَهَا: مَهْ. قَالَتْ: هذا مَقَامُ الْعَائِذِ بِكَ مِنَ الْقَطِيْعَةِ. قَالَ: أَلاَ تَرْضَيْنَ أَنْ أَصِلَ مَنْ وَصَلَكِ وَأَقْطَعَ مَنْ قَطَعَكِ. قَالَتْ: بَلَى يَا رَبِّ، قَالَ: فَذَاكِ لَكِ. قَالَ أَبُوْ هُرَيْرَةَ: اِقْرَءُوْا إِنْ شِئْتُمْ ((: فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِن تَوَلَّيْتُمْ أَن تُفْسِدُوا فِي اْلأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ ))

”Allah menciptakan makhluk, ketika Allah telah merampungkannya, maka berdirilah rahim, ia berpegang kepada pinggang ar-Rahman. Allah berfirman kepadanya : “Diamlah”. Ia menjawa : “Ini adalah kesempatan berlindung kepadaMu dari pemutusan”. Allah berfirman : “Apakah kamu tidak rela Aku menyambung orang yang menyam-bungmu dan memutus orang yang memutusmu?”. Ia menjawab : “Ya, ya Rabbi”. Allah berfirman : “Itu untukmu”. Abu Hurairah berkata : “'Bacalah kalau kamu mau : “Maka apakah jika kamu berkuasa, kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?” (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, Mukhtashar Shahih al-Bukhari, no. 1696, dan Mukhtashar Shahih Muslim, no. 1764)

Teks asli tersebut (belum digunting) ada pada 4 terbitan :

1. Terbitan Doktor Musthofa Dib Al-Bigha
2. Terbitan Dar Tauqun Najah
3. Terbitan Al-Mathba’tus salafiyyah
4. Terbitan Dar Ibn Katisr
 
Dan telah ditahrif oleh terbitan Dar As-Salam Riyadh milik wahabi :

Dan berikut scan kitab yang ditahrif wahabi :




Dalam scan kitab terbitan Dar As-Salam tsb teks “ بحقو للرحمن  “ telah digunting wahabi dan tidak akan ditemukan dalam terbitan itu.

Bandingkan dengan keempat terbitan milik sunni berikut :

1. Terbitan Doktor Musthofa Dib Al-Bigha :


Dalam terbitan ini teks " “ بحقو للرحمن  “ ditetapkan (tidak dibuang).

2. Terbitan Dar Tauqun Najah :



Dalam terbitan ini pun teks " “ بحقو للرحمن  “ ditetapkan (tidak dibuang).

3. Terbitan Al-Mathba’tus salafiyyah :



Dalam terbitan ini pun teks " “ بحقو للرحمن  “ ditetapkan (tidak dibuang).

4. Terbitan Dar Ibn Katsir :




Dalam terbitan Dar Ibn Katsir juga teks “ بحقو للرحمن  “ juga ditetapkan (tidak dibuang).

Inilah bukti pengkhianatan ilmiyyah dan kejahatan yang sudah biasa dilakukan wahabi-salafi demi melancarkan doktrin-doktrin sesat mereka.

By : Shofiyyah An-Nuuriyyah
30-08-2012

Selasa, 07 Agustus 2012

Sejarah kongkrit lahirnya paham Neo Khawarij atau Wahabi atau Salafi (Part I)


By : Shofiyyah An-Nuuriyyah
Pentashih : Ibnu Abdillah Al-Katibiy
Editor : Abu Muhammad Lc

Tulisan ini kami persembahkan untuk semua saudara kami sesama Ahlus sunnah waljama’ah. Demikian pula untuk semua saudara yang terjangkiti virus wahabisme / salafisme.

Kami berusaha menampilkan sejarah asli yang historis dan akurat karena refrensinya bersumber dari kitab-kitab sejarah ulama wahabi sendiri yang hidup dan menyaksikan segala persitiwa yang terjadi di masa pencetus paham takfiri dan tabdi’I tsb dan kitab-kitab para ulama yang juga menjadi saksi sejarah tsb dan kami sertakan scan kitabnya masing-masing. Menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Mengurai benang merah dari inti sejarah yang dimanipulasi oleh para pengikut paham takfiri tersebut.



Semoga menjadi amal yang bermanfaat..

Bismillahi walhamdulillah, wash sholatu was salaamu 'ala Rasulillah, Ammaa ba'du :

Berdiri dan berkembangnya paham wahabi atau sekte muwahhidun adalah dengan jalan peperangan, pembunuhan, penjarahan dan perampasan kepada kaum muslimin yang menolak ajaran mereka sebagaimana yang dilakukan oleh imam Mereka Muhammad bin Abdul Wahhab dan Muhammad Sa’ud.

Terjadinya pembantaian kaum muslimin yang dilakukan Muhammad bin Abdul Wahhab dan bala tentaranya di beberapa daerah Arab disebabkan Muhammad bin Abdul Wahhab melihat amaliah mayoritas kaum muslimin saat itu telah menyimpang dari tauhid versi Muhammad bin Abdul Wahhab, seperti mendatangi kubur orang-orang shalih dan bertawassul dengan mereka, menurut pandangan Muhammad bin Abdul Wahhab perbuatan itu adalah melanggar tauhid rububiyyah karena kaum muslimin saat itu hanya meyakini Tauhid uluhiyyahnya saja.

Sehingga Muhammad bin Abdul wahhab perlu meluruskan hal semacam itu, maka mulailah ia berdakwah pada kaum muslimin dan menulis surat pada para tokoh, penguasa dan ulama saat itu untuk kembali pada Tauhid versi Muhammad bin Abdul Wahhab. Dan ternyata mayoritas kaum muslimin khususnya para ulamanya menolak ajakan Muhamammad bin Abdul Wahhab, maka ia marah dan memerintahkan pada pengikutnya dengan dibantu Raja Muhamamd Saud untuk berjihad memerangi kaum muslimin yang menolak ajakan dan ajarannya. Baginya mereka adalah orang-orang murtad yang harus diperangi dan dibunuhi.

Maka terjadilah peperangan dan pembunuhan yang dilakukan Muhamamd bin Abdul Wahhab dengan bala tentaranya kepada kaum muslimin yang menolak ajarannya di berbagai daerah. Menurut Muhammad bin Abdul Wahhab, dakwahnya adalah seperti dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad Saw dan peperangannya melawan kaum muslimin adalah seperti jihadnya Nabi Muhammad melawan kaum kafir Quraisy yang tidak mau mengakui kerasulan Nabi Muhamamad Saw.

Dan pada intinya peperangan, penjarahan dan pembunuhan yang dilakukan Muhammad bin Abdul wahhab kepada kaum muslimin yang menolak ajarannya, terjadi hanya akibat pemahaman yang sempit dan kaku tentang beberapa ayat dan hadits. Sebagaimana nanti akan dibuktikan dengan adanya hujjah-hujjah para ulama saat itu tentang pemahaman sempit Muhammad bin Abdul Wahhab terlebih hujjah dari saudaranya sendiri yaitu Syaikh Sulaiman yang lebih memngenal dan memahami karakter dan pemahaman Muhammad bin Abdul Wahhab.

Simak penuturan tulus dalam kitab-kitab sejarah yang ditulis oleh para ulama wahabi sendiri yang sezaman dengan Muhammad bin Abdul wahhab dan menyaksikan semua peristiwa yang terjadi saat itu. Kali ini kami tampilkan refrensi dari dua kitab sejarah karya ulama wahabi yaitu Tarikh Najd karya syaikh Husain bin Ghannam seorang ulama yang sangat mencintai syaikhnya yaitu Muhammad bin Abdul Wahhab hingga ia rela meninggalkan rumah dan sanak familinya demi mengikuti gurunya tersebut. Yang kedua kitab Unwan Al-Majd karya Syaikh Utsman bin Bisyr yang mengalami masa-masa perang saat itu dan dinilai sebagai sandaran sejarah oleh ulama wahabi bahkan telah direkomendasikan oleh pihak kerajaan Saudi dan kitab tersebut telah ditahqiq pula oleh Abdurrahman bin Abdul Lathif cucu Muhammad bin Abdul Wahhab.

(Kondisi umat Muslim sebelum dakwah Muhammad bin Abdul Wahhab)

Dalam kitab Tarikh Najd, Ibn Ghannam menyebutkan kondisi kaum muslimin sebelum Muhammad bin Abdul Wahhab berdakwah sebagai berikut :



“ Keadaan kaum muslimin sebelum tegaknya dakwah syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Konon mayoritas umat muslim di kurun 12 Hijriah telah jatuh pada kesyirikan dan kembali pada kejahiliaan. Telah padam cahaya petunjuk dalam diri mereka akibat kebodohan yang mendominasi mereka dan telah dikuasai oleh hawa nafsu dan kesesatan. Maka mayoritas kaum muslimin itu telah mencampakkan kitab Allah ke punggung mereka, mengikuti apa yang dilakukan datuk-datuk mereka dari kesesatan. Mayoritas kaum muslimin itu menyangka datuk mereka lebih mengetahui kebenaran dan lebih mengetahui jalan kebenaran “ (Tarikh Najd : 13)

Catatan :

Kaum wahabi mengatakan bahwa mayoritas kaum muslimin sebelum kedatangan dakwahnya Muhammad bin Abdul Wahhab telah melakukan banyak kesyirikan dan kembali pada perbuatan jahiliyyah.

Yang wahabi maksud dengan kesyirikan adalah berziarah kepada makam-makam orang-orang shalih dan bertawassul kepada para nabi dan orang shalih baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat.

Lihat bagaimana kaum wahabi begitu berani memvonis demikian, padahal saat itu banyak para ulama yang melakukan perbuatan-perbuatan tersebut dan juga tidak menysirikkan kaum muslimin yang melakukan hal itu.

Wahabi memvonis mayoritas umat muslim saat itu musyrik dan para datuk-datuk kaum muslimin tidak luput dari vonis syirik mereka. Dari tahun ketahun sebelum kedatangan Muhammad bin Abdul wahhab, mayoritas kaum muslimin dianggap musyrik oleh wahabi sebagaimana bukti pengakuan ibn ghonnam di atas.

(Seluruh negeri kaum muslimin tersesat)

Dan pada halaman berikutnya Ibn Ghannam lebih berani lagi memvonis sesat kepada seluruh negeri muslim :



“ Dan sungguh kesesatan ini telah menyebar luas dan menyeluruh kepada negeri-negeri kaum muslimin “ (Tarikh Najd : 14)

Catatan :

Kalimat ‘AMMA bermakna merata dan menyeluruh ditambah kalimat KAAFFAH sebagai keadaan yang bermakna mencangkup secara keseluruhan.

Artinya sebelum kedatangan dakwah Muhamamad bin Abdul Wahhab seluruh negeri kaum muslimin telah musyrik dan sesat tanpa terkecuali dan hanya golongan wahabi yang bertauhid. Naudzub billahi min syarri haaulaika..

Pada halaman-halaman berikutnya, Ibn Ghannam lebih memerinci kesyirkan dan keseatan yang dilakukan di bebrapa daerah di antaranya kota Makkah al-Mukarromah, Madinah, Dar’iyyah, Jeddah, Mesir, Bashrah, Iraq, Yaman, Hadramaut, Syahr, Adn, Najran, Halb, Syam, Bahrain, dan lainnya. Dengan enteng dan beraninya Ibn Ghnannam memvonis mayoritas penduduk-penduduk yang disebutkan itu dengan musyrik, sesat dan ahlul bid’ah. 

Kaum wahabi benar-benar menganggap seluruh kaum muslimin saat itu diseluruh belahan dunia telah musyrik dan sesat dan hanyalah kelompok wahabilah yang benar.
Kaum wahabi bukan hanya memvonis syirik dan sesat kepada kaum awam muslimin saja saat itu, tapi mereka juga memvonis syirik bahkan kafir kepada para ulamanya :



“ Maka renungkanlah apa yang disebutkan imam ini (Muhammad bin Abdul wahhab) tersebut dari berbagai macam kesyirikan besar (menyebabkan murtad) yang terjadi di zaman beliau yang dilakukan orang-orang yang mengaku ma’rifah dan din (ulama) dan dari orang-orang yang menyandang fatwa (Mufti) dan kepenguasaan (penguasa). Akan tetapi syaikh telah memperingatkan mereka atas yang demikian dan menjelaskan bahwa ini termasuk kesyirikan yang diharamkan Allah dan Rasul-Nya. Maka sadarlah orang yang mau menerima peringatan itu, berrtaubat pada Allah dan mengetahui kesyirikan, kesesatan dan penolakan kebenaran yang terjadi “ (Tarikh Najd : 69)

(Mengahncurkan kubah makam para sahabat dan orang shalih)

Ketika Muhammad bin Abdul Wahhab bertemu dengan Utsman bin Mu’ammir di Uyainah yang juga seorang hakim di sana, ia mulai melancarkan dakwahnya dengan dibantu Utsman. Saat itulah ia mulai berani melancarkan aksinya membongkar semua kubah makam para sahabat dan orang-orang shalih dengan alasan memusnahkan wasilah kesyirikan di antaranya kubah makam Zaid bin Khaththab.

Kecaman dan kutukan para ulama, para hakim dan kaum muslimin, atas tindakan keji Muhammad bin Abdul Wahhab

Perbuatan Muhammad bin Abdul Wahhab tersebut mendapat kecaman dari kaum muslimin. Maka kaum muslimin melaporkan hal itu kepada para ulama, mereka menulis surat pengaduan dari peristiwa itu kepada para ulama Ahsa, Bashrah dan Haramain. Para ulama pun mengutuk perbuatan Muhamamd bin Abdul Wahhab tersebut dan menjelaskan perbuatan nista itu secara ilmiyyah melalui risalah-risalah yang ditulis para ulama tersbut. Para hakim dan penguasa negeri lainnya pun turut mengecam dan mengutuk apa yang telah dilakukan Muhammad bin Abdul Wahhab tersebut.

Kisah ini pun diakui oleh Ibn Ghannam dalam Tarikh Najdnya berikut :







“ …Maka kaum muslimin menulis surat kepada ulama Ahsa, Bashrah dan Haramain, kaum muslimin dan para ulama berkomplot memusuhi Muhammad bin Abdul Wahhab. Maka membela dan menolong lah orang-orang batil dan sesat dari ulama negeri-negeri tersebut.  Mereka mengarang sebuah tulisan-tulisan di dalam mebid’ahkan dan menyesatkan perbuatan syaikh dan dianggapa telah merubah syare’at dan sunnah, menejlaskan kebodohan dan kedunguan syaikh. Maka tertipulah kalangan khusus dan umumnya, terlebih kalangan para penguasa dan hakim, mereka mengaku bahwa syaikh dan pengikutnya tidak memiliki perjanjian keamanan karena menolak sunnah dan merubah hokum agama. Memperingatkan para hakim lainnya dari syaikh. Mereka mngira bahwa syaikh akan mempengaruhi hati orang-orang bodoh dan rakyat jelata dan menxesatkan mereka dengan cara pandangnya sehingga nanti akan mnyebabkan mereka memberontak pada para hakim dan penguasa dan menampakkan ketidak patuhan “. (Tarikh Najd : 85)

Catatan :

Dengan mempengaruhi Utsman, Muhammad bin Abdul wahhab melancarkan angan-angannya untuk menghancurkan kubah-kubah makam para sahabat dan orang shalih dengan cara pandangnya yang sempit yang menyimpulkan vonis syirik pada kaum muslimin yang datang pada makam-makam tersebut. Ia menuduh kaum muslimin yang berziarah ke makam-makam para sahabat dan orang shalih, telah meminta hajat kepada mayat-mayat tersebut dan memvonisnya telah melakukan syirik akbar yang mengeluarkan mereka dari agama Islam alias murtad.

Para ulama dari banyak negeri saat itu telah mengecam dan mengutuk perbuatan Muhammad tersebut, mengklarifikasi dan menjelaskan secara ilmiyyah melalui risalah maupun kitab atas pandangan sempitnya.

Kembalinya Utsman bin Mu’ammir dari paham Muhammad bin Abdul Wahhab kepada ajaran Ahlus sunnah.

Pada awalnya Hakim Utsman bin Mu’ammir terpengaruh oleh doktrin Muhamamd bin Abdul Wahhab. Kemudian setelah banyak para ulama menasehati dan menjelaskan kesesatan ajaran Muhammad bin Abdul Wahhab, terlebih setelah Utsman membaca kitab saudara Muhamamd bin Abdul Wahhab yaitu syaikh Sulaiman yang lebih paham dan mengerti karakter dan pikiran Muhammad bin Abdul Wahhab, maka Ustman sadar dan kembali pada ajaran mayoritas yaitu Ahlus sunnah waljama’ah.

Hal ini diakui oleh Ibn Ghannam dalam kitab Tarikh Najdnya berikut :



“ Ketika datang kitab Sulaiman kepada Utsman, maka Ustman meragukan Muhammad bin Abdul Wahhab dan lebih mendahulukan dunia daripada agama. Dan ia memerintahkan syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab untuk keluar meninggalkan Uyainah “.  (Tarikh Najd : 86)

 Tewasnya Utsman bin Mu’ammir oleh pihak Muhammad bin Abdul Wahhab.

Utsman bin Mu’ammir mulai menyadarkan pengikutnya untuk meninggalkan paham Muhammad bin Abdul Wahhab dan kembali pada ajaran mayoritas saat itu yaitu Ahlus sunah waljama’ah. Maka banyaklah yang taubat dan sadar berkat perjuangan Utsman menyadarkan kembali rakyatnya tsb.     

Sebab ini pulalah Utsman bin Mu’ammir tewas dibunuh oleh Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya.  Sebagaimana direkam oleh Ibn Ghannam dalam Tarikh Najdnya pada cetakan pertama yang masih belum dirubah berikut :



فلما تحقق المسلمون من ذلك تعاهدوا على قتله بعد انتهائه من صلاة الجمعة، وقتلناه وهو في مصلاه بالمسجد في رجب 1163


" Ketika kaum msulimin mengetahui pengkhianatan dan kekafiran Utsman, maka mereka berencana untuk membunuhnya setelah selesai sholat jum’atnya. Maka kami membunuhnya dan Utsman masih di tempat sholatnya di dalam masjid di bulan Rajab tahun 1163 H “ (Tarikh Najd : 97)

Pada cetakan-cetakan berikutnya terutama dalam bentuk pdf, redaksi tersebut dirubah oleh wahabi sedikit namun tetap menunjukkan kekejaman Muhammad bin Abdul wahhab dan para pengikutnya. Berikut redaksi yang dirubah :



“ Ketika umat Islam mengetahui hal itu (pengkhianatan Utsman), maka beberapa orang berencana untuk membunuhnya di antaranya Hamd bin Rasyid dan Ibrahim bin Zaid. Maka ketika selesai sholat jum’at, mereka membunuh Utsman di tempat sholatnya di dalam masjid di bulan Rajab tahun 1163 H “
(Tarikh Najd : 103)

Catatan :

Begitu kejamnya Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya sehingga Utsman seorang Hakim Uyainah tewas dibunuhnya karena dianggap telah mengkhianati dan memprofokasi umat muslim untuk tidak mengikuti ajaran Muhammad bin Abdul Wahhab.
Tanpa mengindahkan kalimat suci syahadat di lisan Utsman dan dengan pemikiran sempitnya, Muhammad bin Abdul Wahhab dengan mudahnya membunuh Utsman. Apalagi pembunuhan itu dilakukan di dalam masjid dan masih di tempat sholatnya , setelah melakukan sholat jum’at di bulan Rajab.

Wafat sebagai syahid, dalam keadaan mulia, di tempat yang mulia, di hari yang mulia dan di bulan yang mulia.

Peperangan Muhammmad dan raja Saud kepada kaum muslimin

Kemudian setelah Muhammad mendapat dukungan dari raja Muhamamd Saud, mulailah menabuh genderang untuk memerangi kaum muslimin dan para ulama serta para penguasa yang menentang dan menolak ajaran Muhammad bin Abdul Wahhab dengan alasan jihad melawan kemungkaran dan kesyirikan yang menyebabkan mayoritas kaum muslimin murtad dan patut untuk diperangi.

Disebutkan dalam kitab Unwan Al-Majd :





“ Kemudian syaikh memerintahkan untuk jihad melawan orang-orang yang memusuhi ahli tauhid, dan memotifasi mereka, maka semua pengikutnya pun mentaati perintahnya…” (Unwan Al-Majd : 44)

Catatan :

Muhammad bin Abdul Wahhab memproklamasikan perang melawan kaum muslimin yang enggan dan menolak ajarannya dengan dalih jihad. Ia menyamakan kedudukan kaum muslimin yang menentang ajarannya dengan kedudukan kaum kafir yang menentang Islam.  Naudzu billahi min dzaalik, sekali lagi mereka bukan berperang melawan kaum kafir yang benar-benar memusuhi Islam, tapi sebaliknya mereka menghunuskan pedang dan memuntahkan peluru kepada kaum muslimin yang tidak mau mengikuti paham mereka.