By : Shofiyyah
An-Nuuriyyah
Pentashih : Ibnu Abdillah
Al-Katibiy
Editor : Abu Muhammad Lc
Tulisan ini kami
persembahkan untuk semua saudara kami sesama Ahlus sunnah waljama’ah. Demikian
pula untuk semua saudara yang terjangkiti virus wahabisme / salafisme.
Kami berusaha menampilkan
sejarah asli yang historis dan akurat karena refrensinya bersumber dari
kitab-kitab sejarah ulama wahabi sendiri yang hidup dan menyaksikan segala
persitiwa yang terjadi di masa pencetus paham takfiri dan tabdi’I tsb dan
kitab-kitab para ulama yang juga menjadi saksi sejarah tsb dan kami sertakan scan kitabnya masing-masing. Menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Mengurai benang merah dari inti sejarah yang dimanipulasi
oleh para pengikut paham takfiri tersebut.
Semoga menjadi amal yang
bermanfaat..
Bismillahi walhamdulillah, wash sholatu was salaamu 'ala Rasulillah, Ammaa ba'du :
Berdiri dan berkembangnya
paham wahabi atau sekte muwahhidun adalah dengan jalan peperangan, pembunuhan,
penjarahan dan perampasan kepada kaum muslimin yang menolak ajaran mereka
sebagaimana yang dilakukan oleh imam Mereka Muhammad bin Abdul Wahhab dan
Muhammad Sa’ud.
Terjadinya pembantaian
kaum muslimin yang dilakukan Muhammad bin Abdul Wahhab dan bala tentaranya di
beberapa daerah Arab disebabkan Muhammad bin Abdul Wahhab melihat amaliah
mayoritas kaum muslimin saat itu telah menyimpang dari tauhid versi Muhammad
bin Abdul Wahhab, seperti mendatangi kubur orang-orang shalih dan bertawassul
dengan mereka, menurut pandangan Muhammad bin Abdul Wahhab perbuatan itu adalah
melanggar tauhid rububiyyah karena kaum muslimin saat itu hanya meyakini Tauhid
uluhiyyahnya saja.
Sehingga Muhammad bin
Abdul wahhab perlu meluruskan hal semacam itu, maka mulailah ia berdakwah pada
kaum muslimin dan menulis surat pada para tokoh, penguasa dan ulama saat itu
untuk kembali pada Tauhid versi Muhammad bin Abdul Wahhab. Dan ternyata
mayoritas kaum muslimin khususnya para ulamanya menolak ajakan Muhamammad bin
Abdul Wahhab, maka ia marah dan memerintahkan pada pengikutnya dengan dibantu
Raja Muhamamd Saud untuk berjihad memerangi kaum muslimin yang menolak ajakan
dan ajarannya. Baginya mereka adalah orang-orang murtad yang harus diperangi
dan dibunuhi.
Maka terjadilah peperangan
dan pembunuhan yang dilakukan Muhamamd bin Abdul Wahhab dengan bala tentaranya kepada
kaum muslimin yang menolak ajarannya di berbagai daerah. Menurut Muhammad bin
Abdul Wahhab, dakwahnya adalah seperti dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad Saw
dan peperangannya melawan kaum muslimin adalah seperti jihadnya Nabi Muhammad
melawan kaum kafir Quraisy yang tidak mau mengakui kerasulan Nabi Muhamamad
Saw.
Dan pada intinya
peperangan, penjarahan dan pembunuhan yang dilakukan Muhammad bin Abdul wahhab
kepada kaum muslimin yang menolak ajarannya, terjadi hanya akibat pemahaman
yang sempit dan kaku tentang beberapa ayat dan hadits. Sebagaimana nanti akan
dibuktikan dengan adanya hujjah-hujjah para ulama saat itu tentang pemahaman
sempit Muhammad bin Abdul Wahhab terlebih hujjah dari saudaranya sendiri yaitu
Syaikh Sulaiman yang lebih memngenal dan memahami karakter dan pemahaman Muhammad
bin Abdul Wahhab.
Simak penuturan tulus
dalam kitab-kitab sejarah yang ditulis oleh para ulama wahabi sendiri yang
sezaman dengan Muhammad bin Abdul wahhab dan menyaksikan semua peristiwa yang
terjadi saat itu. Kali ini kami tampilkan refrensi dari dua kitab sejarah karya
ulama wahabi yaitu Tarikh Najd karya syaikh Husain bin Ghannam seorang ulama
yang sangat mencintai syaikhnya yaitu Muhammad bin Abdul Wahhab hingga ia rela
meninggalkan rumah dan sanak familinya demi mengikuti gurunya tersebut. Yang
kedua kitab Unwan Al-Majd karya Syaikh Utsman bin Bisyr yang mengalami
masa-masa perang saat itu dan dinilai sebagai sandaran sejarah oleh ulama
wahabi bahkan telah direkomendasikan oleh pihak kerajaan Saudi dan kitab
tersebut telah ditahqiq pula oleh Abdurrahman bin Abdul Lathif cucu Muhammad
bin Abdul Wahhab.
(Kondisi umat
Muslim sebelum dakwah Muhammad bin Abdul Wahhab)
Dalam kitab Tarikh Najd,
Ibn Ghannam menyebutkan kondisi kaum muslimin sebelum Muhammad bin Abdul Wahhab
berdakwah sebagai berikut :
“ Keadaan kaum muslimin
sebelum tegaknya dakwah syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Konon mayoritas umat
muslim di kurun 12 Hijriah telah jatuh pada kesyirikan dan kembali pada
kejahiliaan. Telah padam cahaya petunjuk dalam diri mereka akibat kebodohan
yang mendominasi mereka dan telah dikuasai oleh hawa nafsu dan kesesatan. Maka
mayoritas kaum muslimin itu telah mencampakkan kitab Allah ke punggung mereka,
mengikuti apa yang dilakukan datuk-datuk mereka dari kesesatan. Mayoritas kaum
muslimin itu menyangka datuk mereka lebih mengetahui kebenaran dan lebih
mengetahui jalan kebenaran “ (Tarikh Najd : 13)
Catatan :
Kaum wahabi mengatakan
bahwa mayoritas kaum muslimin sebelum kedatangan dakwahnya Muhammad bin Abdul
Wahhab telah melakukan banyak kesyirikan dan kembali pada perbuatan jahiliyyah.
Yang wahabi maksud dengan
kesyirikan adalah berziarah kepada makam-makam orang-orang shalih dan
bertawassul kepada para nabi dan orang shalih baik yang masih hidup maupun yang
sudah wafat.
Lihat bagaimana kaum
wahabi begitu berani memvonis demikian, padahal saat itu banyak para ulama yang
melakukan perbuatan-perbuatan tersebut dan juga tidak menysirikkan kaum
muslimin yang melakukan hal itu.
Wahabi memvonis mayoritas
umat muslim saat itu musyrik dan para datuk-datuk kaum muslimin tidak luput
dari vonis syirik mereka. Dari tahun ketahun sebelum kedatangan Muhammad bin
Abdul wahhab, mayoritas kaum muslimin dianggap musyrik oleh wahabi sebagaimana
bukti pengakuan ibn ghonnam di atas.
(Seluruh negeri kaum muslimin tersesat)
Dan pada halaman
berikutnya Ibn Ghannam lebih berani lagi memvonis sesat kepada seluruh negeri
muslim :
“ Dan sungguh kesesatan
ini telah menyebar luas dan menyeluruh kepada negeri-negeri kaum muslimin “
(Tarikh Najd : 14)
Catatan :
Kalimat ‘AMMA bermakna
merata dan menyeluruh ditambah kalimat KAAFFAH sebagai keadaan yang bermakna
mencangkup secara keseluruhan.
Artinya sebelum kedatangan
dakwah Muhamamad bin Abdul Wahhab seluruh negeri kaum muslimin telah musyrik
dan sesat tanpa terkecuali dan hanya golongan wahabi yang bertauhid. Naudzub
billahi min syarri haaulaika..
Pada halaman-halaman
berikutnya, Ibn Ghannam lebih memerinci kesyirkan dan keseatan yang dilakukan
di bebrapa daerah di antaranya kota Makkah al-Mukarromah, Madinah, Dar’iyyah,
Jeddah, Mesir, Bashrah, Iraq, Yaman, Hadramaut, Syahr, Adn, Najran, Halb, Syam,
Bahrain, dan lainnya. Dengan enteng dan beraninya Ibn Ghnannam memvonis
mayoritas penduduk-penduduk yang disebutkan itu dengan musyrik, sesat dan ahlul
bid’ah.
Kaum wahabi benar-benar
menganggap seluruh kaum muslimin saat itu diseluruh belahan dunia telah musyrik
dan sesat dan hanyalah kelompok wahabilah yang benar.
Kaum wahabi bukan hanya
memvonis syirik dan sesat kepada kaum awam muslimin saja saat itu, tapi mereka
juga memvonis syirik bahkan kafir kepada para ulamanya :
“ Maka renungkanlah apa
yang disebutkan imam ini (Muhammad bin Abdul wahhab) tersebut dari berbagai
macam kesyirikan besar (menyebabkan murtad) yang terjadi di zaman beliau yang
dilakukan orang-orang yang mengaku ma’rifah dan din (ulama) dan dari
orang-orang yang menyandang fatwa (Mufti) dan kepenguasaan (penguasa). Akan
tetapi syaikh telah memperingatkan mereka atas yang demikian dan menjelaskan
bahwa ini termasuk kesyirikan yang diharamkan Allah dan Rasul-Nya. Maka
sadarlah orang yang mau menerima peringatan itu, berrtaubat pada Allah dan
mengetahui kesyirikan, kesesatan dan penolakan kebenaran yang terjadi “ (Tarikh
Najd : 69)
(Mengahncurkan
kubah makam para sahabat dan orang shalih)
Ketika Muhammad bin Abdul
Wahhab bertemu dengan Utsman bin Mu’ammir di Uyainah yang juga seorang hakim di
sana, ia mulai melancarkan dakwahnya dengan dibantu Utsman. Saat itulah ia
mulai berani melancarkan aksinya membongkar semua kubah makam para sahabat dan
orang-orang shalih dengan alasan memusnahkan wasilah kesyirikan di antaranya
kubah makam Zaid bin Khaththab.
Kecaman dan
kutukan para ulama, para hakim dan kaum muslimin, atas tindakan keji Muhammad
bin Abdul Wahhab
Perbuatan Muhammad bin
Abdul Wahhab tersebut mendapat kecaman dari kaum muslimin. Maka kaum muslimin
melaporkan hal itu kepada para ulama, mereka menulis surat pengaduan dari
peristiwa itu kepada para ulama Ahsa, Bashrah dan Haramain. Para ulama pun
mengutuk perbuatan Muhamamd bin Abdul Wahhab tersebut dan menjelaskan perbuatan
nista itu secara ilmiyyah melalui risalah-risalah yang ditulis para ulama
tersbut. Para hakim dan penguasa negeri lainnya pun turut mengecam dan mengutuk
apa yang telah dilakukan Muhammad bin Abdul Wahhab tersebut.
Kisah ini pun diakui oleh
Ibn Ghannam dalam Tarikh Najdnya berikut :
“ …Maka kaum muslimin
menulis surat kepada ulama Ahsa, Bashrah dan Haramain, kaum muslimin dan para
ulama berkomplot memusuhi Muhammad bin Abdul Wahhab. Maka membela dan menolong
lah orang-orang batil dan sesat dari ulama negeri-negeri tersebut. Mereka mengarang sebuah tulisan-tulisan di
dalam mebid’ahkan dan menyesatkan perbuatan syaikh dan dianggapa telah merubah
syare’at dan sunnah, menejlaskan kebodohan dan kedunguan syaikh. Maka
tertipulah kalangan khusus dan umumnya, terlebih kalangan para penguasa dan
hakim, mereka mengaku bahwa syaikh dan pengikutnya tidak memiliki perjanjian
keamanan karena menolak sunnah dan merubah hokum agama. Memperingatkan para
hakim lainnya dari syaikh. Mereka mngira bahwa syaikh akan mempengaruhi hati
orang-orang bodoh dan rakyat jelata dan menxesatkan mereka dengan cara
pandangnya sehingga nanti akan mnyebabkan mereka memberontak pada para hakim
dan penguasa dan menampakkan ketidak patuhan “. (Tarikh Najd : 85)
Catatan :
Dengan mempengaruhi Utsman,
Muhammad bin Abdul wahhab melancarkan angan-angannya untuk menghancurkan
kubah-kubah makam para sahabat dan orang shalih dengan cara pandangnya yang
sempit yang menyimpulkan vonis syirik pada kaum muslimin yang datang pada
makam-makam tersebut. Ia menuduh kaum muslimin yang berziarah ke makam-makam
para sahabat dan orang shalih, telah meminta hajat kepada mayat-mayat tersebut
dan memvonisnya telah melakukan syirik akbar yang mengeluarkan mereka dari
agama Islam alias murtad.
Para ulama dari banyak
negeri saat itu telah mengecam dan mengutuk perbuatan Muhammad tersebut,
mengklarifikasi dan menjelaskan secara ilmiyyah melalui risalah maupun kitab
atas pandangan sempitnya.
Kembalinya
Utsman bin Mu’ammir dari paham Muhammad bin Abdul Wahhab kepada ajaran Ahlus
sunnah.
Pada awalnya Hakim Utsman
bin Mu’ammir terpengaruh oleh doktrin Muhamamd bin Abdul Wahhab. Kemudian
setelah banyak para ulama menasehati dan menjelaskan kesesatan ajaran Muhammad
bin Abdul Wahhab, terlebih setelah Utsman membaca kitab saudara Muhamamd bin
Abdul Wahhab yaitu syaikh Sulaiman yang lebih paham dan mengerti karakter dan
pikiran Muhammad bin Abdul Wahhab, maka Ustman sadar dan kembali pada ajaran
mayoritas yaitu Ahlus sunnah waljama’ah.
Hal ini diakui oleh Ibn
Ghannam dalam kitab Tarikh Najdnya berikut :
“ Ketika datang kitab
Sulaiman kepada Utsman, maka Ustman meragukan Muhammad bin Abdul Wahhab dan
lebih mendahulukan dunia daripada agama. Dan ia memerintahkan syaikh Muhammad bin
Abdul Wahhab untuk keluar meninggalkan Uyainah “. (Tarikh Najd : 86)
Tewasnya Utsman
bin Mu’ammir oleh pihak Muhammad bin Abdul Wahhab.
Utsman bin Mu’ammir mulai
menyadarkan pengikutnya untuk meninggalkan paham Muhammad bin Abdul Wahhab dan
kembali pada ajaran mayoritas saat itu yaitu Ahlus sunah waljama’ah. Maka
banyaklah yang taubat dan sadar berkat perjuangan Utsman menyadarkan kembali
rakyatnya tsb.
Sebab ini pulalah Utsman
bin Mu’ammir tewas dibunuh oleh Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya.
Sebagaimana direkam oleh Ibn Ghannam
dalam Tarikh Najdnya pada cetakan pertama yang masih belum dirubah berikut :
فلما تحقق المسلمون من ذلك تعاهدوا على قتله
بعد انتهائه من صلاة الجمعة، وقتلناه وهو في مصلاه بالمسجد في رجب 1163
" Ketika kaum
msulimin mengetahui pengkhianatan dan kekafiran Utsman, maka mereka berencana
untuk membunuhnya setelah selesai sholat jum’atnya. Maka kami membunuhnya dan
Utsman masih di tempat sholatnya di dalam masjid di bulan Rajab tahun 1163 H “
(Tarikh Najd : 97)
Pada cetakan-cetakan
berikutnya terutama dalam bentuk pdf, redaksi tersebut dirubah oleh wahabi
sedikit namun tetap menunjukkan kekejaman Muhammad bin Abdul wahhab dan para
pengikutnya. Berikut redaksi yang dirubah :
“ Ketika umat Islam
mengetahui hal itu (pengkhianatan Utsman), maka beberapa orang berencana untuk
membunuhnya di antaranya Hamd bin Rasyid dan Ibrahim bin Zaid. Maka ketika
selesai sholat jum’at, mereka membunuh Utsman di tempat sholatnya di dalam
masjid di bulan Rajab tahun 1163 H “
(Tarikh Najd : 103)
Catatan :
Begitu kejamnya Muhammad
bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya sehingga Utsman seorang Hakim Uyainah
tewas dibunuhnya karena dianggap telah mengkhianati dan memprofokasi umat
muslim untuk tidak mengikuti ajaran Muhammad bin Abdul Wahhab.
Tanpa mengindahkan kalimat
suci syahadat di lisan Utsman dan dengan pemikiran sempitnya, Muhammad bin
Abdul Wahhab dengan mudahnya membunuh Utsman. Apalagi pembunuhan itu dilakukan
di dalam masjid dan masih di tempat sholatnya , setelah melakukan sholat jum’at
di bulan Rajab.
Wafat sebagai syahid,
dalam keadaan mulia, di tempat yang mulia, di hari yang mulia dan di bulan yang
mulia.
Peperangan
Muhammmad dan raja Saud kepada kaum muslimin
Kemudian setelah Muhammad
mendapat dukungan dari raja Muhamamd Saud, mulailah menabuh genderang untuk
memerangi kaum muslimin dan para ulama serta para penguasa yang menentang dan
menolak ajaran Muhammad bin Abdul Wahhab dengan alasan jihad melawan
kemungkaran dan kesyirikan yang menyebabkan mayoritas kaum muslimin murtad dan
patut untuk diperangi.
Disebutkan dalam kitab Unwan
Al-Majd :
“ Kemudian syaikh
memerintahkan untuk jihad melawan orang-orang yang memusuhi ahli tauhid, dan
memotifasi mereka, maka semua pengikutnya pun mentaati perintahnya…” (Unwan
Al-Majd : 44)
Catatan :
Muhammad bin Abdul Wahhab
memproklamasikan perang melawan kaum muslimin yang enggan dan menolak ajarannya
dengan dalih jihad. Ia menyamakan kedudukan kaum muslimin yang menentang
ajarannya dengan kedudukan kaum kafir yang menentang Islam. Naudzu billahi min dzaalik, sekali lagi mereka
bukan berperang melawan kaum kafir yang benar-benar memusuhi Islam, tapi
sebaliknya mereka menghunuskan pedang dan memuntahkan peluru kepada kaum
muslimin yang tidak mau mengikuti paham mereka.